Rabu, 21 Maret 2012

Hunger Games

Mockingjay

“Menentang Capitol dalam Hunger Games memberikan titik awal pemberontakan. Sekarang Katniss harus menjadi pemimpin yang sesungguhnya, wajah, suara, perwujudan revolusi.”

Mockingjay merupakan seri terakhir dari Trilogi The Hunger Games, yang merupakan cerita lanjutan buku pendahulunya,Hunger Games dan Catching Fire. Seri penutup Trilogi The Hunger Games ini diterbitkan tanggal 24 Agustus 2010 di Amerika (Januari 2012 di Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama – lihat laporan acara launchingnya “Mockingjay Party” disini!) dan berhasil membuat para pembacanya terpukau.

Mockingjay menceritakan kejadian pasca Quarter Quell yang arena-nya dilahap habis oleh api dan tokoh utamanya, Katniss Everdeen, berhasil diselamatkan oleh Distrik Pemberontak, yaitu Distrik 13. Para peserta pemenang yang tergabung dalam distrik pemberontak menjelaskan kepada Katniss bahwa mereka telah merancang revolusi Panem untuk menggulingkan Capitol. Penduduk Distrik Pemberontak meminta Katniss untuk menjadi simbol pemberontakan mereka; menjadi seorang Mockingjay.

Maka dimulailah hari dimana Katniss dilatih dan bertarung bersama Distrik 13 untuk menjatuhkan pemerintahan Capitol. Dan Tanpa Katniss sadari, secara tersirat ia memiliki rasa pada Peeta Mellark, yang merupakan teman sesama pemenang, yang diculik oleh Capitol dan menjadi tawanan untuk mengecoh Katniss dan para pemberontak.

Pemberontakan pun makin merajalela di distrik-distrik untuk menjatuhkan Capitol. Dan tiba saatnya Katniss untuk berhadapan dengan Presiden Snow, pemimpin dari Pemerintahan Capitol, juga dengan kenyataan pahit yang akan dihadapi Katniss selanjutnya.

Banyak konflik yang disuguhkan di buku Mockingjay yang membuat para pembaca-nya terlilit emosi yang dirasakan oleh Katniss. Kita seolah-olah merasakan apa yang tokoh utama rasakan, apa yang ia pikirkan dan apa yang akan diperbuatnya. Suzanne Collins berhasil mengemasnya dengan rapi dalam buku terakhir ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar